Pertama, nihsprha, adalah
suatu keadaan di mana tidak adal lagi sesuatu yg ingin dicapai manusia.
Kedua, nirhana, yaitu seseorang tidak lagi
merasakan memiliki badan dan karenanya tidak ada lagi tujuan. Ketiga, niskala adalah
proses rohani tinggi, “bersatu” dan melebur (fana’) dgn Dia Yang Hampa, Dia
Yang Tak Terbayangkan, Tak Terpikirkan, Tak Terbandingkan. Sehingga dalam
kondisi (hal) ini, “aku” menyatu dgn “Aku”. Dan keempat, sebagai kesudahan dari
niskala adalah nirasraya, suatu keadaan jiwa yg
meninggalkan niskala dan melebur ke Parama-Laukika (fana’ fi al-fana’), yakni
dimensi tertinggi yg bebas dari segala bentuk keadaan, tak mempunyai ciri-ciri
dan mengatasi “Aku”.
Dari perenungannya mengenai dunia nafsu manusia, hal ini
membawa Syekh Siti Jenar menuai keberhasilan menaklukkan tujuh hijab, yg
menjadi penghalang utama pendakian rohani seorang salik (pencari
kebenaran). Tujuh hijab itu adalah lembah kasal (kemalasan
naluri dan rohani manusia); jurang futur (nafsu
menelan makhluk/orang lain); gurun malal (sikap
mudah berputus asa dalam menempuh jalan rohani); gurun riya’ (bangga
rohani); rimba sum’ah (pamer rohani); samudera
‘ujub (kesombongan intelektual dan kesombongan ragawi); dan benteng
hajbun (penghalang akal dan nurani).
No comments:
Post a Comment