Monday 27 February 2012

agi kaum wanita yang inggin lekas mendapatkan keturunan ada baiknya  melakukan pengamatan pada diri sendiri, pengamatan bertujuan untuk megetahui masa subur dan tidak subur.  Diharapkan dengan mengetahui hal-hal yang terjadi selanjutnya dapat mengamgil langkah-langkah sesegera mungkin yang menunjang program untuk mendapatkan keturunan.
Pada saat menjelang OVULASI (lepasnya sel telur dari indung telur), lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila perempuan berdiri atau berjalan. Pengamatan lendir dapat dilakukan dengan cara berikut:
  1. Merasakan perubahan rasa pada vulva di sepanjang hari.
  2. Melihat lendir secara langsung pada waktu-waktu tertentu.
Hasil pengamatan ini harus dicatat pada malam harinya. Catatan itu akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
POLA SUBUR adalah pola yang terus berubah, sedangkan POLA DASAR TIDAK SUBUR (PDTS) adalah pola yang (sama sekali) tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti pola hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan pembuahan, dan dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.
Pertama-tama, perlu diketahui tentang anatomi sistem reproduksi perempuan. Bagian-bagian yang paling pokok diperlihatkan pada Gambar 1:
  1.         i.            Rongga rahim tempat bayi akan berkembang di dalamnya selama 9 bulan;
  2.       ii.            Leher rahim (cervix) memproduksi lendir yang menjaga jawab atas kelangsungan hidup dan kesehatan sel-sel sperma;
  3.     iii.            Vagina; Kantong-kantong Shaw;
  4.     iv.            Alat kelamin bagian luar (vulva) yang merasakan lendir ketika mengalir keluar dari vagina;
  5.       v.            Kedua indung telur (ovarium) yang mengandung sel-sel telur.  Folikel-folikel (gelembung yang berisi sel telur) dalam indung telur menghasilkan hormon-hormon yang menunjang jawab atas pertumbuhan endometrium dalam proses persiapan kehamilan. Hormon-hormon tersebut tidak hanya mengaktifkan kelenjar-kelenjar leher rahim yang memproduksi lendir, tetapi juga mengakibatkan perubahan-perubahan lain selama siklus yang menyangkut fungsi vagina dan saluran telur.

Syarat-syarat kesuburan adalah sebagai berikut:
  1. Ovulasi yang memuaskan;
  2. Saluran telur yang sehat sehingga memungkinkan pertemuan sel-sel sperma dengan sel telur. Saluran ini akan memberi gizi dan membantu embrio untuk menempuh perjalanan sampai ke rongga rahim dan mengadakan implantasi;
  3. Selaput dinding rahim yang sehat bagi proses implantasi;
  4. Fungsi leher rahim yang memadai untuk menghasilkan lendir yang melancarkan perjalanan sel-sel sperma sehat sampai saluran telur;
  5. Keharmonisan hubungan antara suami-istri yang menunjang pembuahan.
 
Gambar 1. Organ-organ reproduksi perempuan.

Sebuah pertanyaan untuk membantu perempuan yang merasa kebingungan adalah bagaimana dia mengetahui awal haid (menstruasi). Dia pasti segera mengakui bahwa dia merasa basah dan melihat pendarahan pada vulva. Peristiwa ini dicatat dengan stiker warna merah atau simbol (Gambar 2).
Sama dengan pencatatan pada masa menstruasi, pada hari-hari selanjutnya semua pengamatan tentang rasa pada vulva dan sifat lendir juga dicatat. Pada hari-hari berikutnya, seorang perempuan dengan mudah akan mengenali pola kesuburan dan ketidaksuburan sesuai dengan pola lendirnya sendiri.
Gambar 2. Menstruasi dicatat dengan stiker merah.






Setelah menstruasi, leher rahim akan tertutup oleh gumpalan lendir kental dan pekat yang berfungsi mencegah perjalanan sel-sel sperma memasuki leher rahim serta berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Sel-sel sperma yang masih berada dalam vagina segera akan kehilangan kemampuan untuk membuahi sel telur dan dihancurkan oleh sel-sel di sekelilingnya.
Pada tahap ini, kedua indung telur beristirahat. Tidak ada sesuatu yang mengalir dari leher rahim, dan vulva terasa kering. Tidak ada yang dirasakan dan tidak ada yang tampak. Pengamatan ini dicatat dengan stiker warna hijau polos atau simbol (Gambar 3).
Gambar 3.- Pola Dasar Tidak Subur (PDTS).
Keadaan kering pada vulva. Sel-sel sperma tidak mungkin
memasuki rahim karena leher rahim tertutup
oleh gumpalan lendir yang kental dan pekat




Setelah hubungan seksual, mengalir cairan sperma dari dalam vagina yang dapat berlangsung sampai 24 jam dan vulva terasa basah. Cairan sperma itu tidak lagi mengandung sel-sel sperma yang masih hidup. Bila leher rahim mencegah sel-sel sperma memasuki rahim, maka sel-sel sperma itu akan dihancurkan dalam vagina setelah 1 atau 2 jam.
Pola Dasar Tidak Subur (PDTS) adalah pola yang sama sekali tidak berubah karena leher rahim tidak aktif. Dalam siklus-siklus biasa, pola itu diketahui lewat tanda-tanda berikut:
  1. Keadaan yang tetap kering yang tidak berubah (lihat Gambar 3), atau
  2. Vulva terasa kering meskipun tampak sedikit lendir yang sifatnya tidak berubah sama sekali setiap hari. Gambar 4 menunjukkan PDTS berlendir. Tiga siklus berturut-turut dengan PDTS berlendir yang sama diamati (4a, 4b, dan 4c). Hal yang sangat penting adalah kemampuan untuk mengenali dengan tepat saat titik perubahan (i) rasa atau (ii) sifat lendir, ataupun keduanya.

Gambar 4. Pola Dasar Tidak Subur berlendir tetap sama,hari demi hari, siklus demi siklus. Pada awal pengamatan (siklus pertama) dicatat dengan stiker putih bergambar bayi atau symbol (4a), tetapi dalam siklus berikutnya dicatat dengan stiker kuning polos atau symbol (4b, 4c). Sel-sel sperma tidak mungkin memasuki leher rahim karena gumpalan lendir.
Pada saat ini, kedua indung telur beristirahat. Hormon estrogen yang diproduksi sedikit sekali. Leher rahim tertutup oleh gumpalan lendir kental sehingga sel-sel sperma tidak dapat memasuki rahim. Bila sifat lendir sama hari demi hari selama 3 siklus, maka itulah tanda tidak subur. Vulva terasa kering dan tampak sedikit lendir yang keruh berupa serpihan-serpihan kecil yang berasal dari gumpalan lendir. PDTS berlendir dan tidak berubah ini dialami banyak perempuan.
Titik Perubahan
Gambar 5 menunjukkan bahwa indung telur sekarang aktif dan memproduksi estrogen yang mengaktifkan leher rahim. Dengan demikian, lendir cair mulai diproduksi sehingga melepaskan gumpalan lendir, dan sel-sel sperma sekarang dapat memasuki leher rahim.
Sekarang pada vulva terjadi perubahan rasa dari kering menjadi tidak kering lagi. Perubahan ini dicatat dengan stiker putih bergambar bayi atau simbol . Kemungkinan lendir tampak kental dan keruh. Perasaang lengket dan lendir yang keruh ini bukan berarti tidak subur. Kenyataan munculnya lendir leher rahim pada vulva berarti bahwa lendir sudah keluar dari leher rahim sehingga terbuka bagi sel-sel sperma.




Sama dengan Pola Dasar Tidak Subur berlendir (Gambar 6), indung telur telah mulai aktif. Titik perubahan itu bisa diamati pada vulva yang mengalami perubahan rasa. Hal ini menandakan bahwa sekarang, sel-sel sperma dapat memasuki leher rahim. Pencatatan perubahan ini dilakukan dengan stiker putih bergambar bayi atau simbol (Gambar 6).




Gambar 7 menunjukkan Pola Kesuburan yang terus-menerus berubah. (NB: Pola Dasar Tidak Subur sama sekali tidak berubah). Indung telur memproduksi estrogen yang makin lama makin banyak. Lendir yang berubah darl sifat lengket menimbulkan rasa basah dan licin. Mungkin bisa dilihat benang-benang lendir yang jernih. Walaupun kuantitas lendir mungkin berkurang, rasa licin dan semakin licin tetap berlangsung satu dua hari lagi. Hari terakhir perasaan licin adalah hari yang paling subur dalam siklus yang disebut PUNCAK. Puncak adalah hari puncak kesuburan disertai dengan kepekaan yang meningkat dan pembengkakan vulva.
PUNCAK ditandai dengan tanda silang (X). Titik ini sangat dekat dengan saat ovulasi. Indung telur sudah mulai memproduksi progesteron, yang digambarkan dengan garis utuh (—–), sementara itu folikel siap untuk melepaskan sel telur ke dalam saluran telur. Progesteron sedang mengaktifkan bagian bawah dari leher rahim untuk memproduksi lendir yang kental dan lengket selama tiga hari berikutnya. Lendir tersebut secara berangsur-angsur akan menutup saluran leher rahim. Meskipun demikian, selama 3 hari ini masih ada celah kecil di mana sel-sel sperma bisa masuk. Sel-sel sperma itu akan dengan cepat tiba di bagian yang paling jauh dalam saluran telur di mana sel telur menunggu untuk dibuahi .
Sel telur sekarang bisa dilihat dalam saluran telur (Gambar 8). Leher rahim mulai tertutup dengan lendir yang kental di bawah pengaruh progesteron, digambarkan dengan garis utuh (—–), yang diproduksi oleh sisa folikel (corpus luteum). Progesteron mempengaruhi lendir sedemikian rupa sehingga seorang perempuan mengalami perubahan rasa pada vulva dan merasa kering atau lengket.



Tidak ada rasa licin lagi pada vulva. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan baik dalam leher rahim maupun dalam vagina bagian bawah, yang keduanya dikendalikan oleh hormon. Lendir menjadi kering ketika melewati vagina, berdasarkan aktivitas kantong-kantong Shaw.
Fase Luteal
Gambar 9 mengilustrasikan fase luteal dari siklus, di mana sejak hari ke-4 sesudah Puncak (hari terakhir rasa licin pada vulva) leher rahim tertutup dengan gumpalan lendir kental yang mencegah sel-sel sperma untuk memsuki rongga rahim. Corpus luteum dalam indung telur sedang memproduksi estrogen dan progesteron. Bila tidak ada segala bentuk kontak alat kelamin sejak awal titik perubahan hingga awal harl ke-4 sesudah Puncak, maka sel telur tidak mungkin dibuahi dan akan hancur dalam saluran telur.



Menstruasi (Gambar 10) menyatakan akhir siklus biasanya 11-16 hari sesudah ovulasi,
dan sekaligus sebagai permulaan siklus yang berikutnya. Tidak ada lagi gumpalan lendir pada leher rahim sehingga darah menstruasi dapat mengalir ke luar rahim. Kedua indung telur kembali beristirahat.





Ovulasi Tertunda – Perpanjangan Fase Pra Ovulasi dan POLA DASAR TIDAK SUBUR
Ovulasi sering kali tertunda, misalnya pada waktu stres, selama menyusui (laktasi), atau pada masa pra-menopause. Pengertian menganai Pola Dasar Tidak Subur (PDTS) merupukan unsur penting Metode Ovulasi Billings. Pengenelan mengenai pola tidak subur tidak berubahnya pada fase pra-ovulasi memberi kebebasan kepada suami-istri untuk melakukan hubungan seksual tanpa menjadi hamil dalam fase pra-ovulasi, panjang ataupun pendek.
Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah dan diamati dalam waktu paling sedikit dua minggu, contohnya:
  1. Tidak ada lendir (vulva kering); atau
  2. Munculnya lendir yang tetap sama pada vulva yang disertai kadar estrogen yang tetap rendah; atau
  3. Kombinasi dari butir 1) dan 2), bila munculnya lendir tetap tidak berubah dalam pengamatan selama 2 minggu dan diselingi dengan hari-hari kering.
Pola Dasar Tidak Subur berdasarkan pengeluaran cairan berasal dari vagina (contoh: 2 dan 3). Bila naiknya kadar estrogen cukup tinggi untuk menimbulkan reaksi pada leher rahim, maka pola berubah dan menunjukkan kemungkinan kesuburan. Naik turunnya kadar estrogen bisa menimbulkan reaksi endometrium (selaput dinding rahim) dengan pendarahan breakthrough atau pendarahan withdrawal.
PERATURAN PRA-OVULASl (lihat di bawah), bila diterapkan pada Pola Dasar Tidak Subur menjamin keamanan Metode Ovulasi Billlngs dan memastikan perempuan mengenali kesuburannya kembali dalam kasus ovulasi tertunda yang dapat disebabkan oleh berbagai hal.
Kegagalan Leher Rahim Dan Pola Dasar Tidak Subur (PDTS)
Leher rahim harus memproduksi lendir yang bermutu supaya sperma-sperma dapat berfungsi secara tepat. Dalam beberapa situasi, misalnya menjelang menopause dan sesudah pemakaian kontrasepsi, leher rahim gagal untuk merespon terhadap rangsangan estrogen. Dengan secara konsekuen menggagalkan juga fungsi cairan lendir untuk menerima sel-sel sperma. Perempuan ini tidak subur walaupun dia berovulasi. Dia akan mengenal hal itu sebagai pola yang tidak berubah misalnya:
  1. Pola Dasar Tidak Subur Kering,
  2. PDTS berlendir tetap sama, atau
  3. Kombinasi dari keduanya yaitu kering dan munculnya yang tidak berubah.
Peraturan pra-ovulasi digunakan sehingga kembalinya kesuburan dapat diketahui.
Peraturan Metode Ovulasi Billings
  1. Untuk Mencapai Kehamilan:
    Digunakan Peraturan Pra-Ovulasi. Cara ini membantu untuk mengenal perubahan pola kesuburan lendir.Kemudian, hubungan seksual harus ditunda sampai lendir licin tampak. Beberapa hari berikutnya adalah hari yang paling subur. Oleh karena itu, hubungan seksual hendaknya dilakukan selama ada lendir licin (vulva terasa licin).
  2. Untuk Menunda/Menjarangkan Kehamilan:
    1. Digunakan Peraturan Pra Ovulasi
    2. Peraturan Puncak
Peraturan Pra Ovulasi
Peraturan 1: Hindarilah hubungan seksual pada hari-hari pendarahan deras selama menstruasi.
Peraturan 2: Hubungan seksual boleh dilakukan pada setiap malam hari kedua (selang-seling), bila hari ini sudah dikenal sebagai tidak subur.
Peraturan 3: Hindarilah hubungan seksual setiap hari ketika lendir atau pendarahan menyelingi Pola Dasar Tidak Subur. Hubungan seksual baru boleh dilakukan lagi bila 3 hari berturut-turut dikenali sebagai PDTS, maka hubungan seksual boleh dilakukan pada malam ke-4. Selanjutnya gunakanlah peraturan 2.
Peraturan Puncak
Bila Puncak sudah diketahui setelah berubaan dari PDTS, maka memakai peraturan Puncak. Mulai hari ke-4 sesudah Puncak sampai akhir siklus, boleh melakukan hubungan seksual setiap hari pada setiap saat.
Petingnya Pencatatan Ha
Kalau petunjuk-petunjuk ini digunakan, maka pasangan-pasangan dalam usaha menghindari kehamilan dapat mengharapkan 99 % keberhasilan.
Pencatatan harian penting karena mengingatkan seorang perempuan untuk memberi perhatian pada rasa sdan sifat lendir setiap hari.
Pencatatan ini memberi informasi yang berharga kepada suami, sehingga dia bersama istrinya dapat membicarakan kemungkinan-kemungkinan, serta bersama-sama mengambil keputusan mengenai kapan mereka ingin melahirkan anak pertama atau anak berikutnya.

No comments: